Ini tentang percakapan saya dengan teman
satu kos yang kamarnya berada di depan kamar saya. Sebenarnya ini malam Minggu
yang biasa, sebagai sesama anak rantau, kami sering mengobrol atau menonton
film hingga larut malam hanya untuk sekadar membunuh kebosanan di malam Minggu.
Berhubung teman-teman yang lain memanfaatkan malam Minggu mereka untuk pulang
ke rumah masing-masing, secara otomatis tempat kos kami hanya akan dihuni
oleh beberapa orang saja.
Seperti malam Minggu biasanya, malam itu
pun kami mengobrol berdua. Entah dari mana awal pembicaraan kami hingga
akhirnya berujung pada ingatan kami mengenai orang-orang di sekitar saya dan
dia yang meninggal secara tiba-tiba. Iseng-iseng saya berkata, “Kenapa sih pada akhirnya ada yang harus
meninggal?”, pertanyaan iseng saya itu dijawab olehnya dengan jawaban yang
cukup mengandung humor, “Supaya dunia gak
penuh”. Lalu percakapan ini pun berlanjut dengan pertanyaan saya, “Kalau
disuruh memilih, kamu mau pilih yang mana, antara orang-orang yang masih ada
sekarang tidak akan meninggal dunia tapi tidak akan ada juga kehidupan baru di
muka bumi ini, atau siklus hidup seperti sekarang ini?”, lalu ia menjawab, “Suatu
saat nanti kita pasti akan menjadi orang-orang yang gak produktif lagi. Jadi, biarlah generasi baru yang akan
melanjutkannya”.
Percakapan singkat ini mengambil bagian
tersendiri dalam benak saya hingga berhari-hari. Jujur, dalam hati yang paling
dalam, saya lebih ingin jika orang-orang yang ada sekarang, orang-orang yang
saya sayangi, orang-orang yang saya lihat sekarang bisa terus hidup. Dengan kata
lain, mereka tidak akan meninggalkan dunia. Walaupun konsekuensinya, saya tidak
akan melihat bayi-bayi lucu yang baru lahir dari rahim ibunya. Kenapa? Sampai sekarang
saya masih sering teringat Nenek yang sudah hampir 14 tahun meninggal, saya
masih ingat waktu itu saya masih sekolah di Taman Kanak-kanak, saya menangis
waktu beliau meninggal di sore itu. Saya juga teringat Engkong yang meninggal waktu saya baru saja menyelesaikan Ujian
Nasional di kelas enam. Kabarnya saya terima melalui telepon siang itu, membuat
saya langsung tidak nafsu makan. Dan karena keberangkatan pesawat yang sempat
tertunda beberapa jam, saya tidak sempat melihatnya untuk yang terakhir kali. Saya
juga masih ingat Surya, teman dari SMP hingga SMA, teman dekat yang sering
mengundang tawa saya, ia meninggal tiba-tiba karena penyakit gagal ginjal yang
baru terdeteksi oleh dokter tak lama sebelum ia meninggal. Sebelumnya, kami
sempat berjabat tangan di tanggal 21 April 2012, di Acara Penglepasan
Siswa-Siswi Kelas XII, dan sekarang jasadnya telah menjadi abu. Saya juga masih
ingat waktu mama menelepon saya tepat di saat muadzin baru saja menyerukan
adzan subuh dan mengatakan bahwa Rifal, kakak kelas dari SMP hingga SMA,
kebetulan kami masih ada hubungan keluarga jauh, sekaligus cowok yang banyak disukai oleh teman-teman saya, meninggal karena
tersambar petir di puncak gunung. Saya masih ingat betul, saat takbiran di
malam Lebaran Idul Fitri tahun lalu ia mengikuti pawai mewakili masjid di
perumahan tempat kami tinggal, dan seperti biasa ia yang menabuh bedug. Saat itu
saya yang menontonnya di pinggir jalan raya hanya sempat berbalas senyum
dengannya. Sehari setelah Rifal meninggal, kembali saya mendengar kabar duka,
ia adik perempuan Nenek yang sewaktu liburan semester satu kemarin sempat
mampir ke rumah dan menanyakan perkuliahan saya, sekarang ia pun telah tiada. Dua
tetangga dekat rumah yang saya tahu selama ini pun telah meninggal secara
tiba-tiba. Rasanya belum percaya dengan kepergian mereka semua. Tapi nyatanya,
mereka tidak akan pernah kembali lagi.
Ingatan-ingatan tentang mereka ini yang
membuat saya tidak ingin ada yang pergi lagi setelah ini. Saya ingin
orang-orang yang saya sayangi tetap ada dan tersenyum. Ingin rasanya mengetahui
bahwa mereka akan baik-baik saja.
Akan tetapi, saya tetap percaya semua
rencana Allah SWT. Saya tetap percaya akan semua rancangan-Nya. Dia telah
mengatur dunia dengan sedemikian rupa. Ada yang datang, ada juga yang pergi. Ada
yang terlahir ke dunia, ada juga yang sudah harus kembali kepada-Nya. Walaupun terkadang
apa yang terjadi sekarang, belum sepenuhnya kita pahami. Seperti saya yang ingin
bisa selalu memeluk mereka, orang-orang yang masih bisa saya lihat, yang suatu
saat pelukan itu akan terlepas juga.
0 komentar:
Posting Komentar