Ketika Semua Harus Berjalan Seimbang

Diposting oleh Artista Lushar Nova on


Ini tentang percakapan saya dengan teman satu kos yang kamarnya berada di depan kamar saya. Sebenarnya ini malam Minggu yang biasa, sebagai sesama anak rantau, kami sering mengobrol atau menonton film hingga larut malam hanya untuk sekadar membunuh kebosanan di malam Minggu. Berhubung teman-teman yang lain memanfaatkan malam Minggu mereka untuk pulang ke rumah masing-masing, secara otomatis tempat kos kami hanya akan dihuni oleh beberapa orang saja.
Seperti malam Minggu biasanya, malam itu pun kami mengobrol berdua. Entah dari mana awal pembicaraan kami hingga akhirnya berujung pada ingatan kami mengenai orang-orang di sekitar saya dan dia yang meninggal secara tiba-tiba. Iseng-iseng saya berkata, “Kenapa sih pada akhirnya ada yang harus meninggal?”, pertanyaan iseng saya itu dijawab olehnya dengan jawaban yang cukup mengandung humor, “Supaya dunia gak penuh”. Lalu percakapan ini pun berlanjut dengan pertanyaan saya, “Kalau disuruh memilih, kamu mau pilih yang mana, antara orang-orang yang masih ada sekarang tidak akan meninggal dunia tapi tidak akan ada juga kehidupan baru di muka bumi ini, atau siklus hidup seperti sekarang ini?”, lalu ia menjawab, “Suatu saat nanti kita pasti akan menjadi orang-orang yang gak produktif lagi. Jadi, biarlah generasi baru yang akan melanjutkannya”.
Percakapan singkat ini mengambil bagian tersendiri dalam benak saya hingga berhari-hari. Jujur, dalam hati yang paling dalam, saya lebih ingin jika orang-orang yang ada sekarang, orang-orang yang saya sayangi, orang-orang yang saya lihat sekarang bisa terus hidup. Dengan kata lain, mereka tidak akan meninggalkan dunia. Walaupun konsekuensinya, saya tidak akan melihat bayi-bayi lucu yang baru lahir dari rahim ibunya. Kenapa? Sampai sekarang saya masih sering teringat Nenek yang sudah hampir 14 tahun meninggal, saya masih ingat waktu itu saya masih sekolah di Taman Kanak-kanak, saya menangis waktu beliau meninggal di sore itu. Saya juga teringat Engkong yang meninggal waktu saya baru saja menyelesaikan Ujian Nasional di kelas enam. Kabarnya saya terima melalui telepon siang itu, membuat saya langsung tidak nafsu makan. Dan karena keberangkatan pesawat yang sempat tertunda beberapa jam, saya tidak sempat melihatnya untuk yang terakhir kali. Saya juga masih ingat Surya, teman dari SMP hingga SMA, teman dekat yang sering mengundang tawa saya, ia meninggal tiba-tiba karena penyakit gagal ginjal yang baru terdeteksi oleh dokter tak lama sebelum ia meninggal. Sebelumnya, kami sempat berjabat tangan di tanggal 21 April 2012, di Acara Penglepasan Siswa-Siswi Kelas XII, dan sekarang jasadnya telah menjadi abu. Saya juga masih ingat waktu mama menelepon saya tepat di saat muadzin baru saja menyerukan adzan subuh dan mengatakan bahwa Rifal, kakak kelas dari SMP hingga SMA, kebetulan kami masih ada hubungan keluarga jauh, sekaligus cowok yang banyak disukai oleh teman-teman saya, meninggal karena tersambar petir di puncak gunung. Saya masih ingat betul, saat takbiran di malam Lebaran Idul Fitri tahun lalu ia mengikuti pawai mewakili masjid di perumahan tempat kami tinggal, dan seperti biasa ia yang menabuh bedug. Saat itu saya yang menontonnya di pinggir jalan raya hanya sempat berbalas senyum dengannya. Sehari setelah Rifal meninggal, kembali saya mendengar kabar duka, ia adik perempuan Nenek yang sewaktu liburan semester satu kemarin sempat mampir ke rumah dan menanyakan perkuliahan saya, sekarang ia pun telah tiada. Dua tetangga dekat rumah yang saya tahu selama ini pun telah meninggal secara tiba-tiba. Rasanya belum percaya dengan kepergian mereka semua. Tapi nyatanya, mereka tidak akan pernah kembali lagi.
Ingatan-ingatan tentang mereka ini yang membuat saya tidak ingin ada yang pergi lagi setelah ini. Saya ingin orang-orang yang saya sayangi tetap ada dan tersenyum. Ingin rasanya mengetahui bahwa mereka akan baik-baik saja.
Akan tetapi, saya tetap percaya semua rencana Allah SWT. Saya tetap percaya akan semua rancangan-Nya. Dia telah mengatur dunia dengan sedemikian rupa. Ada yang datang, ada juga yang pergi. Ada yang terlahir ke dunia, ada juga yang sudah harus kembali kepada-Nya. Walaupun terkadang apa yang terjadi sekarang, belum sepenuhnya kita pahami. Seperti saya yang ingin bisa selalu memeluk mereka, orang-orang yang masih bisa saya lihat, yang suatu saat pelukan itu akan terlepas juga.

0 komentar:

Posting Komentar