Bukan hal yang mudah ketika kedua mata harus
membendung air yang hendak tumpah. Sekalipun tidak tumpah, tapi meleleh di
sudut-sudutnya. Lelah membayangkan jauhnya jarak.
Hati dan mata sepertinya sepakat untuk saling bekerja
sama. Sang Hati yang mulai gerimis, didukung oleh Sang Mata yang dengan cekatan
menjadi saluran pembuangan. Rontok sudah semua kekuatanku.
Meninggalkanmu bukanlah hal yang menjadikan malam
menjadi pesta pora, bukan juga hal yang terlalu pilu, karena semua lampu-lampu
taman pun tahu bahwa mimpiku telah menunggu untuk dijemput.
Namun, hati memang tidak bisa berbohong. Di saat
malam seperti ini, hujan begini, biasanya aku akan lari ke arah jendela untuk
menikmati rintik oleh-oleh dari Dewa
Zeus, sambil menikmati suguhan hangat dari mama. Tapi sekarang, di saat yang
sama, saat hujan turun belum begitu deras, aku hanya bisa menikmatinya
sendirian. Tanpa suguhan hangat, tanpa suasana yang akrab.
Aku mencoba mengingat semua tepi jalan yang pernah
aku lewati, rasanya mereka juga menangis melihat kepergianku. Sungguh, bukannya
aku tidak setia. Tapi cobalah untuk bersabar hingga kalender tahun ini bisa
kusobek dan menggantinya dengan angka yang baru. Pertanda aku akan datang
menemuimu. Walaupun, hanya sesaat, karena rumput-rumput di kota baru ini akan
segera menarikku pulang dalam dekapannya.
Kamu, punya tempat yang teramat istimewa. Bagaimana
tidak, jika di tanahmu aku dilahirkan, belajar bernyanyi tentang kehidupan,
juga menemukan cinta.
Janganlah cemburu kepada kota baru yang sekarang
memiliki diriku dengan persentase lebih besar dibandingkan dengan dirimu. Dia
kota yang baik, kota tempatku mengejar mimpi. Bukankah seharusnya kamu dan dia
bersahabat baik mulai sekarang? Karena Singaraja-Jatinangor adalah tempat
kumulai bermimpi dan mengejar mimpi.
Tempat Kumulai Mengejar Mimpi |
0 komentar:
Posting Komentar