Pesta Hallowe'en Terakhir Joyce untuk Miranda

Diposting oleh Artista Lushar Nova on
Judul               : Hallowe’en Party
Pengarang       : Agatha Christie
Penerbit           : PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA
Tahun Terbit    : 2007
Tempat Terbit  : Jakarta
Tebal               : 344 halaman
Cetakan ke-     : Delapan


            31 Oktober selalu dinantikan anak-anak Inggris sebagai peringatan Hallowe’en. Labu kuning, cermin cinta masa depan, dan juga apel yang terapung adalah symbol sebuah pesta Hallowe’en yang menyenangkan. Namun, pesta Hallowe’en yang diselenggarakan oleh wanita superior seperti Mrs. Drake bukan lagi menjadi ajang anak-anak itu untuk bersenang-senang setelah ditemukannya Joyce, Si Pembual telah kaku dengan posisi berlutut di sebelah ember berisi apel-apel yang mengapung. Terlebih lagi bagi Mrs. Oliver, kegemarannya pada apel lenyap seketika karena pembunuhan itu.
            Miranda Butler, teman dekat Joyce yang diam-diam merasa amat terpukul dengan kepergian sahabatnya itu.  Gadis periang ini harus membayar mahal kematian Joyce, terlebih lagi kecintaannya yang teramat besar pada burung dan tupai dimanfaatkan Michael Garfield, ahli pertamanan yang memiliki rasa estetika tinggi sebagai alibi yang memaksa Miranda menuruti perintah laki-laki tampan itu.
            Kematian Joyce yang terlalu tiba-tiba ini akhirnya mengundang Hercule Poirot untuk kembali bertugas membuka tabir misteri di balik pembunuhan itu. Siapa dalang di balik kematian seorang gadis kecil yang mengaku pernah melihat pembunuhan ini? Apakah ia takut rahasia lamanya akan terbongkar? Joyce, gadis berusia tiga belas tahun itu bukan korban pertama, kematiannya menyeret semua orang yang tidak terlibat secara langsung untuk mengakui jati diri mereka yang sebenarnya.
            Tema yang diangkat dalam novel ini adalah misteri pembunuhan, menggunakan alur maju dengan penggambaran masa lalu yang diceritakan langsung oleh para tokoh. Latar tempat dalam novel ini adalah sebuah desa kecil di Inggris yang bernama Woodleigh Common. Agatha Christie menggambarkan masing-masing tokoh dalam percakapan, deskripsi detail mengenai sosok mereka, dan juga tingkah lakunya, sehingga karakter setiap tokoh dalam novel ini sangat kuat dan jelas. Gaya bahasa yang digunakan mudah dimengerti dan tidak membosankan. Dalam novel ini mengingatkan kita pada sebuah pepatah kuno, “Sedalam-dalamnya seseorang mengubur bangkai, pada akhirnya akan tercium juga.”
            Novel ini juga mengandung unsure social. Menyadarkan kita bahwa setiap orang memiliki rahasianya masing-masing, dan banyak dari mereka ingin mengubur masa lalunya dalam-dalam.
            Kelebihan dalam novel ini terlihat jelas pada alur ceritanya yang membangkitkan rasa ingin tahu para pembaca tanpa pernah merasa bosan. Seakan-akan Agatha Christie ingin mengajak kita semua untuk bermain tebak-tebakkan. Analisis Poirot, Sang Detektif akan menjelaskan semua teka-teki yang terselip dalam novel ini. Penokohan yang diciptakan penulis amat kuat, namun tetap dengan cirri khasnya, Agatha Christie terlalu pandai untuk mengecoh para pembacanya.
            Kekurangan dalam novel ini adalah tokoh yang terlalu banyak, sehingga pembaca seringkali harus mengulang membaca dari awal untuk mengingat kembali tokoh tersebut. Novel ini tidak easy reading, sehingga memerlukan pemahaman untuk mengikuti dan mengerti alur ceritanya.
            Novel yang berjudul Curtain: Poirot’s Last Case yang juga dikarang oleh Agatha Christie dapat dijadikan pembanding novel ini. Perbedaan di antara keduanya terletak pada akhir cerita, di mana pada novel pembanding tokoh utama dibunuh sendiri oleh Hercule Poirot, dan kisah detektif kondang itu diakhiri dengan satu bentuk kejahatannya sendiri. Tokoh dalam buku pembanding juga lebih banyak, dan alur ceritanya menggunakan alur campuran. Terlepas dari perbedaan di antara kedua novel tersebut, novel-novel hasil karangan Agatha Christie yang selalu berbau misteri pembunuhan dan kejutan pada akhir cerita, ini membuat novel-novel karangannya menjadi novel papan atas dan patut diperhitungkan.

“Kita tidak akan pernah mengenal seseorang secara keseluruhan.”
-Hercule Poirot- 


 #Ini adalah artikel yang saya tulis saat mengikuti Lomba Resensi dalam rangka HUT ke-61 SMANSA Singaraja. Juara 1.



0 komentar:

Posting Komentar