Judul : Hallowe’en Party
Pengarang :
Agatha Christie
Penerbit :
PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA
Tahun Terbit :
2007
Tempat Terbit :
Jakarta
Tebal :
344 halaman
Cetakan ke- :
Delapan

Miranda
Butler, teman dekat Joyce yang diam-diam merasa amat terpukul dengan kepergian
sahabatnya itu. Gadis periang ini harus
membayar mahal kematian Joyce, terlebih lagi kecintaannya yang teramat besar
pada burung dan tupai dimanfaatkan Michael Garfield, ahli pertamanan yang
memiliki rasa estetika tinggi sebagai alibi yang memaksa Miranda menuruti
perintah laki-laki tampan itu.
Kematian
Joyce yang terlalu tiba-tiba ini akhirnya mengundang Hercule Poirot untuk kembali
bertugas membuka tabir misteri di balik pembunuhan itu. Siapa dalang di balik
kematian seorang gadis kecil yang mengaku pernah melihat pembunuhan ini? Apakah
ia takut rahasia lamanya akan terbongkar? Joyce, gadis berusia tiga belas tahun
itu bukan korban pertama, kematiannya menyeret semua orang yang tidak terlibat
secara langsung untuk mengakui jati diri mereka yang sebenarnya.
Tema
yang diangkat dalam novel ini adalah misteri pembunuhan, menggunakan alur maju
dengan penggambaran masa lalu yang diceritakan langsung oleh para tokoh. Latar tempat
dalam novel ini adalah sebuah desa kecil di Inggris yang bernama Woodleigh
Common. Agatha Christie menggambarkan masing-masing tokoh dalam percakapan,
deskripsi detail mengenai sosok mereka, dan juga tingkah lakunya, sehingga
karakter setiap tokoh dalam novel ini sangat kuat dan jelas. Gaya bahasa yang
digunakan mudah dimengerti dan tidak membosankan. Dalam novel ini mengingatkan
kita pada sebuah pepatah kuno, “Sedalam-dalamnya seseorang mengubur bangkai,
pada akhirnya akan tercium juga.”
Novel
ini juga mengandung unsure social. Menyadarkan kita bahwa setiap orang memiliki
rahasianya masing-masing, dan banyak dari mereka ingin mengubur masa lalunya
dalam-dalam.
Kelebihan
dalam novel ini terlihat jelas pada alur ceritanya yang membangkitkan rasa
ingin tahu para pembaca tanpa pernah merasa bosan. Seakan-akan Agatha Christie
ingin mengajak kita semua untuk bermain tebak-tebakkan. Analisis Poirot, Sang
Detektif akan menjelaskan semua teka-teki yang terselip dalam novel ini. Penokohan
yang diciptakan penulis amat kuat, namun tetap dengan cirri khasnya, Agatha
Christie terlalu pandai untuk mengecoh para pembacanya.
Kekurangan
dalam novel ini adalah tokoh yang terlalu banyak, sehingga pembaca seringkali
harus mengulang membaca dari awal untuk mengingat kembali tokoh tersebut. Novel
ini tidak easy reading, sehingga
memerlukan pemahaman untuk mengikuti dan mengerti alur ceritanya.
Novel
yang berjudul Curtain: Poirot’s Last
Case yang juga dikarang oleh Agatha Christie dapat dijadikan pembanding
novel ini. Perbedaan di antara keduanya terletak pada akhir cerita, di mana
pada novel pembanding tokoh utama dibunuh sendiri oleh Hercule Poirot, dan
kisah detektif kondang itu diakhiri dengan satu bentuk kejahatannya sendiri. Tokoh
dalam buku pembanding juga lebih banyak, dan alur ceritanya menggunakan alur
campuran. Terlepas dari perbedaan di antara kedua novel tersebut, novel-novel
hasil karangan Agatha Christie yang selalu berbau misteri pembunuhan dan
kejutan pada akhir cerita, ini membuat novel-novel karangannya menjadi novel
papan atas dan patut diperhitungkan.
“Kita tidak akan
pernah mengenal seseorang secara keseluruhan.”
-Hercule Poirot-
0 komentar:
Posting Komentar